Perkembangan organisasi saat pandemi ini mengalami kemunduran. Banyak keterbatasan yang terjadi baik terbatasnya jarak, tatap muka, dan kegiatan hingga membuat kita banyak berdiam di rumah. Walau begitu seorang aktivis seharusnya tidak kehilangan cara untuk tetap berkarya dan mengembangkan organisasinya. Mahasiswa sebagai agent of social change saat ini harus mengikuti perkembangan zaman yang selalu berubah. Dahulu mungkin demonstrasi bisa dilakukan di lapangan, namun ketika pandemi ini semua gerak dibatasi. Cak Mustolih mengatakan bahwa cara demonstrasi tak perlu turun ke jalan, tapi bisa mendemonstrasi secara online. Lewat media-media yang telah disediakan. Masyarakat sangat membutuhkan mahasiswa yang peduli dengan situasi dan kondusi sosial.
Dalam diskusi bersama Cak Mustolih pada acara Pelatihan Kader Lanjut (PKL) yang diadakan oleh PMII Cabang Ciputat, beliau mengatakan bahwa “Advokasi dapat dilakukan di dunia maya dengan cara menaikkan hastag, memviralkan isu yang dibuat, bisa juga dengan petisi. Caranya dengan membaca regulasi yang alurnya harus sesuai. Kemudian baca kondisi situasi di lapangan”. Pada pernytaan tersebut mahasiswa dituntut menjadi mahasiswa yang kritis dan cerdas dalam kehidupan. Agar tetap bisa berkarya dan mendampingi masyarakat walau harus di rumah saja. Karena advokasi bukan hanya bisa dilakukan di lapangan, tapi secara online pun juga bisa.
Perihal advokasi dan pendampingan masyarakat yang akan diadakan secara online, semuanya butuh perencanaan strategi. Karena akan mengubah konsep yang tadinya harus turun lapangan menjadi kegiatan online. Penyusunan strategi ini harsu disusun dengan baik agar tercapainya tujuan. Gus Romzi mengutip dari Dr. Ahmed Refat AG Refat yang mengatakan bahwa strategi planning adalah menggambarkan misi dengan mengembangkan strategi untuk menuju visi tersebut.
Hal penting dalam sebuah mencapai tujuan adalah menentukan tujuannya, merancang perencanaanya, mengawalinya, menjalankannya (proses), sampai mengakhirinya hingga tercapainya tujuan. Banyak memang perbedaan dalam mencapai tujuan, yaitu perbedaan cara pikir, perbedaan cara pandang, background masing-masing anggota. Dari perbedaan itulah kita mendapat challange dalam berorganisasi.
Pada pembayaran SPP kampus saat ini menjadi polemik. Banyaknya orangtua yang terkena PHK dan iuran kuliah harus tetap berjalan seperti biasa. Belum terdengar solusi terbaik dari pihak kampus. Di sinilah peran mahasiswa seharusnya bisa mengadvokasikan ini kepada pihak kampus. Agar tetap berjalannya perkuliahan untuk mahasiswa. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk mengadvokasikan permasalahan ini.
Salah satunya dengan membuat petisi agar dapat meringankan orangtua mahasiswa yang kekurangan uang untuk bayaran kuliah. Petisi ini adalah salah satu bentuk demonstrasi online yang dibuat oleh mahasiswa untuk mengadvokasi kampusnya dan membantu mahasiswa yang kekurangan.